Inovasi dan Diversifikasi Produk Tenun Ikat Ende-Lio


Hasil Inovasi dan Diversifikasi Tenun Ikat Ende-Lio
(Foto: Designer Musa Widyatmodjo dan Model Medelin Sare)

              Tenun  ikat Ende-Lio merupakan salah satu warisan budaya bangsa yang mempunyai nilai luhur yang agung, penuh filosofis dan bernilai estetika tinggi . Mulai dari ritual-ritual adat dan keagamaan, kematian, pernikahan hingga segala aktifitas kehidupan dan perayaan-perayaan lainnya, tenun ikat Ende-Lio sudah menjadi suatu yang tak terpisahkan dari kehidupan masyarakat Suku Ende-Lio. 



          Tenun ikat Ende-Lio mempunyai kekhasan, keunikan serta memiliki keragaman motif dan corak. Walaupun tenun ikat Ende-Lio mempunyai potensi yang luar biasa, namun kegiatan pengembangan Tenun Ikat Ende-Lio melalui inovasi dan diversifikasi produk belum berjalan secara baik dan optimal.
Pemerintah Kabupaten Ende melalui Organisasi Perangkat Daerah(OPD) terkait perlu mengoptimalkan semua potensi yang ada melalui percepatan inovasi dan diversifikasi produk tenun ikat Ende-Lio secara sistematis dan terencana sehingga secara tidak langsung berkontribusi dalam peningkatan Pendapatan Asli Daerah (PAD) dan Produk Domestik Regional Bruto (PDRB).


         Inovasi produk merupakan suatu penemuan baru yang berbeda dari yang sudah ada atau sudah dikenal sebelumnya. Inovasi itu upaya melakukan perbaikan, menyajikan sesuatu yang baru/unik yang berbeda dengan yang sudah ada. (http://xerma.blogspot.com/2014/02/pengertian-inovasi-menurut-para-ahli.html).
          Inovasi mempunyai ciri-ciri yaitu memiliki kekhasan artinya memiliki kekhasan / khusus artinya suatu inovasi memiliki ciri yang khas dalam arti ide, program, tatanan, sistem, termasuk kemungkinan hasil yang diharapkan. Memiliki ciri atau unsur kebaruan, dalam arti suatu inovasi harus memiliki karakteristik sebagai sebuah karya dan buah pemikiran yang memiliki kadar Orsinalitas dan kebaruan.
         Program inovasi dilaksanakan melalui program yang terencana, dalam arti bahwa suatu inovasi dilakukan melalui suatu proses yang yang tidak tergesa-gesa, namun keg-inovasi dipersiapkan secara matang dengan program yang jelas dan direncanakan terlebih dahulu. Inovasi yang digulirkan memiliki tujuan, program inovasi yang dilakukan harus memiliki arah yang ingin dicapai, termasuk arah dan strategi untuk mencapai tujuan tersebut. (http://xerma.blogspot.com/2014/02/pengertian-inovasi-menurut-para-ahli.html).
         Tujuan melakukan inovasi yaitu untuk meningkatkan kualitas, menciptakan pasar baru, memperluas jangkauan produk, pengurangan biaya tenaga kerja, mengurangi bahan baku, mengurangi resiko kerusakan lingkungan, mengganti produk, mengurangi konsumsi energi dan menyesuaikan dengan undang-undang.(http://surgaailmu.blogspot.com/2011/07/tujuan-inovasi.html)
         Diversifikasi menurut Eefendi adalah suatu usaha perluasan pemilihan barang dan jasa yang dijual dengan jalan menambah produk baru atau jasa atau memperbaiki tipe, warna, mode, ukuran, jenis dari produk yang sudah ada dalam rangka memperoleh keuntungan maksimal (https://www.studinews.co.id/2018/03/pengertian-diversifikasi-tujuan-bentuk-strategi-manfaat.html).
         Menurut Harberd dan Rieple tujuan melakukan diversifikasi adalah untuk pertumbuhan nilai tambah, meratakan resiko, mencapai sinergi, mengendalikan pemasok dan distributor serta memenuhi target. (https://www.studinews.co.id/2018/03/pengertian-diversifikasi-tujuan-bentuk-strategi-manfaat.html).
        Upaya inovasi dan diversifikasi bertujuan untuk meningkatkan kualitas, kuantitas dan kontinuitas produk sehingga bernilai ekonomis tinggi. Namun dalam upaya percepatan inovasi dan diversifikasi produk , Persoalan utama yang dihadapi adalah berkaitan dengan Sumber Daya Manusia (SDM) Penenun sendiri sebagai pembuat utama lembaran tenun ikat, Designer selaku pihak yang mendesign produk tenun ikat dan Penjahit sebagai orang yang bertugas menjahit produk tenun ikat hasil design para designer.
        Menurut Musa Widyatmodjo, seorang Designer terkenal tanah air ketika hadir sebagai Pemateri kegiatan mentoring design busana tenun ikat Ende-Lio yang diselenggarakan Dinas Peradgangan dan Perindustrian Kabupaten Ende yang bekerjasama dengan Dewan Kerajinan Rakyat Nasional Daerah (Dekranasda) Kabupaten Ende beberapa waktu yang lalu mengatakan bahwa antara Penenun, Designer dan Penjahit produk tenun ikat harus ada sinergitas dan mempunyai konsep yang sama tentang produk yang akan dihasilkan. Ketiga komponen diatas terutama Penenun harus berani berpikir out of the box , harus berani dari pola pikir yang lama yang sekedar menenun tanpa mengetahui secara jelas segmentasi dan apa yang diinginkan pasar.
        Produk tenun ikat yang akan diproduksi haruslah menyesuaikan dengan kebutuhan dan segmentasi pasar melalui pemilihan bahan baku/penolong, motif, komposisi warna  serta teknik dan proses produksi dan sistem uji mutu produk, teknik design dan teknik menjahit yang sesuai.
         Menyesuaikan dengan kebutuhan dan segmentasi pasar maksudnya adalah apabila pembuatan produk tenun ikat tersebut untuk kebutuhan adat maka tetap mempertahankan kearifan yang ada, sedangkan apabila pembuatan produk tenun ikat untuk pemenuhan segementasi pasar yang lebih luas maka perlu dilakukan inovasi dan diversifikasi produk tenun ikat melalui pemilihan bahan baku/penolong, motif/corak, komposisi warna, teknik produksi, sistem uji mutu, teknik design dan teknik menjahit yang disesuaikan dengan segmentasi pasar yang dituju.
        Misalnya apabila kita hendak membuat produk tenun ikat atas permintaan pasar di Jakarta, maka produk yang dihasilkan semuanya harus disesuaikan dengan karakteristik orang Jakarta. Kalau tujuan segmentasi pasar kita adalah Perancis, maka produk yang dihasilkan pun harus disesuaikan dengan karakteristik warga Perancis.
         Komposisi warna diharapkan mendapat perhatian utama karena komposisi warna adalah hal pertama yang langsung mendapat perhatian dari pembeli produk. Ada 3 (Tiga) komposisi warna yang paling populer yaitu komposisi warna hitam putih, pewarnaan alami dan warna-warna terang.
Selain pemilihan komposisi warna, teknik design dan teknik menjahit produk tenun ikat harus dipelajari secara detail oleh Designer dan Penjahit produk tenun ikat.
        Pemerintah Kabupaten Ende sebagai pihak pengambil kebijakan dan penganggaran sangat berperan besar dan bertanggung jawab dalam upaya percepatan inovasi dan diversifikasi produk tenun ikat.
Ibu Julie Sutrisno Laiskodat Ketua Dekranasda Provinsi Nusa Tenggara Timur (NTT), ketika hadir juga dalam kegiatan mentoring design busana tenun ikat Ende-Lio beberapa waktu lalu di Ende, menyampaikan konsep tentang pengembangan tenun ikat di NTT pada umumnya dan di Ende khususnya.
        Konsep yang akan dikembangkan adalah dalam rangka regenerasi dan kaderisasi pengembangan tenun ikat NTT, maka diwajibkan semua Kabupaten/Kota di NTT minimal ada 1(Satu) Sekolah Menengah Kejuruan (SMK) memiliki Jurusan tenun ikat.
       Konsepnya adalah setiap siswa Kejuruan Tenun Ikat tersebut diberi pengetahuan tentang pengembangan Tenun Ikat mulai dari Perencanaan, design produk, pemilihan komposisi warna dan bahan, proses produksi, finishing serta fasilitasi pemasaran produk tenun ikat tersebut dengan sistem bagi hasil keuntungan penjualan produknya yakni 30 % untuk siswa dan 70 % untuk sekolah yang bersangkutan. Dengan konsep ini selain untuk regenerasi dan kaderisasi Tenun Ikat juga untuk melatih kemandirian Siswa Kejuruan tenun ikat itu sendiri.
        Pemeritah Kabupaten Ende melalui Organisasi Perangkat Daerah (OPD) terkait, secara sistematis dan terencana harus terus melakukan pembinaan dan pendampingan secara langsung dan secara periodik melakukan monitoring dan Evaluasi terhadap semua kelompok tenun ikat.
      Selain bantuan bahan baku/penolong tenun ikat yang selama ini sudah dilakukan, untuk peningkatan Sumber Daya Manusia (SDM) termasuk SDM Designer dan Penjahit produk tenun ikat maka perlu ada kegiatan Pendidkan dan Pelatihan Bimtek/Magang atau sejenisnya, terutama yang berkaitan dengan pemilihan komposisi warna, teknik design dan teknik menjahit produk tenun ikat. Peningkatan SDM disini adalah termasuk peningkatan SDM tenaga teknis/petugas pendamping kegiatan inovasi dan diversfikasi produk tenun ikat.
       Langkah berikut yang dilakukan adalah melakukan fasilitasi terhadap pemasaran produk-produk tenun ikat. Contoh upaya yang dilakukan adalah membangun galeri-galeri produk tenun ikat terutama di daerah-daerah tujuan wisata seperti di Kecamatan Kelimutu dan Kecamatan Wolowaru serta tentunya membangun pusat galeri tenun ikat di dalam kota Ende.
      Langkah lain yang dapat dilakukan dalam rangka fasilitasi produk tenun ikat ke akses pasar adalah secara gencar melakukan promosi/pameran/fashion show produk tenun agar produk tenun ikat Ende-Lio dikenal secara luas baik di pasar dalam negeri maupun luar negeri.
       Besar harapan kita semua bekerja sama dan sama-sama bekerja mendukung kegiatan inovasi dan diversifikasi produk tenun ikat ini sehingga cita-cita menjadikan produk tenun ikat Ende-Lio mendunia tercapai demi mewujudkan Ende yang sejahtera, mandiri dan berkeadilan.
Semoga.



Komentar

Posting Komentar

Postingan populer dari blog ini

MOTIF TENUN IKAT ENDE - LIO YANG SUDAH MEMILIKI HAKI

Komunitas Anak Cinta Lingkungan ( ACIL) Ende

Dermaga Rakyat Yang Justru Menjadi Destinasi Wisata Juga