SERAMBI SOEKARNO: DARI VIVERE PERICOLOSO HINGGA OKIAGARI-KOBOSHI

 

Sebuah Catatan dari Serambi Soekarno Ende


Vivere Pericoloso apalagi Okiagari-Koboshi. hmm

Terus terang.

 Saya baru saja mendengarnya secara langsung sekarang.

Sebenarnya kalau disearching di google sich sebenarnya ada semua.

Tak ada pikiran kesana akan kedua istilah tersebut. 

 Pagi kemarin.

Suasana syahdu menyelimuti. Sayup-sayup terdengar lagu-lagu pujian akan kebangsaan. Nasionalisme.

 Terbawa dan lagi-lagi membayangkan Bung Karno puluhan tahun silam menapaki tangga demi tangga di bukit kecil tersebut.

  Hening. 

Tak ada orang lalu lalang. Sekali-kali kupu-kupu pagi berwarni-warni bergerombol menghampiri bunga-bunga taman yang indah. Nampak salah satu kupu-kupu berpisah keluar dari keluarganya yang sedang asyik-asyiknya terbang. Menghampiriku.

Dengan gaya dan gestur khas kupu-kupunya dan dalam bahasa dan dialektikanya sendiri.

Menyapaku.

 Selamat pagi. Ayo saya iringi menuju ke Nasionalisme dan ke-Indonesia-an sejatimu. 

 Di Puncak anak tangga adalah Pater Henri Daros, SVD menyambutku hangat.

 Dengan segala keramahtamahan yang merupakan ciri khasnya,

 Basa-basi spontan bertanya padaku.

Bung sekarang berada pada anak tangga yang keberapa sebenarnya? Pater biasa menyapaku dengan sapaan Bung. 

Aduh. Aku tidak pernah menghitungnya.

Sekarang Bung sudah berada pada anak tangga yang ke-45. Berada pada puncaknya.

Itulah simbol titik kulminasi perjuangan bangsa indonesia yang  mencapai kemerdekaanya pada tahun 1945.

Keren. 

Indonesia Merdeka pada tahun 1945 tapi firasat atau tanda-tandanya sudah ada pada jumlah anak tangga menuju ke Serambi Bung Karno Biara St.Yosef Ende. Itu salah satunya.

Bukti lain bahwa Ende ini sakral bagi perjuangan Bangsa Indonesia mencapai kemerdekaannya adalah dapat kita temui pada salah satu judul sandiwara tonil karya Bung Karno ketika beliau diasingkan di Ende adalah yang berjudul “1945”.

Yang dalam naskah sandiwaranya secara eksplisit menggambarkan bahwa Indonesia akan merdeka pada tanggal 17 Agustus 1945. Itulah Ende dengan sejarah panjangnya.

Ya.

Hari itu saya sengaja untuk ke beberapa kalinya berkunjung ke Serambi Bung Karno .

Serambi Soekarno Ende  sendiri merupakan Situs bangunan sejarah yang terletak di Biara Santo Yosef Kathedral Ende.

Baca juga:

Serambi Soekarno, Narasi Perjuangan Bangsa

Yang didirikan untuk mengenang dan menghormati jejak sejarah perjuangan dan persahabatan Bung Karno dengan para tokoh misionaris SVD terutama Pater Geradus Huijtink, SVD dan Pater Dr. Johannes Bouma, SVD.

Bung Karno Bersama Dua Sahabatnya.

Pada masa-masa pembuangan Bung Karno di Ende 14 Janauari 1934 sampai dengan 18 Oktober 1938.

Serambi Soekarno diresmikan pada hari senin tanggal 14 Janauri 2019 oleh provinsial SVD Pater Lukas Jua, SVD bertepatan dengan 85 tahun lalu Bung Karno menginjakan kaki unuk pertama kalinya di Ende-Flores.

Bung Karno secara rutin mengunjungi Biara Santo Yosef Kathedral Ende pada masa-masa pembuangannya di Ende 1934 sampai dengan 1938. 

Bung Karno banyak menghabiskan waktu berinteraksi dan berdiskusi dengan para pastor - pastor Belanda dan membaca beragam buku di tempat sekarang menjadi Serambi Soekarno tersebut.

Saat diminta mengisi buku tamu, mataku tertuju pada satu nama.

Pol. Drs. Tavip Yulianto, SH, MH. M.Si. Mohon maaf Pak Tavip saya tulis namanya disini.

Tavip. Ada sesuatu pengalaman lain dibalik nama tersebut sepertinya. Pikir saya.

Wah. 

Ini orang besar rupanya seperti yang tertulis di buku tamu. Seorang perwira menengah Polri yang saat ini menjabat Irwasda Polda NTT.

Mulai bergejolak hasrat bertanya. 

Beruntung Pater Henri Daros, SVD penuh totalitas  menjelaskannya padaku.

 TAVIP sebenarnya adalah sebuah judul pidato Bung Karno pada perayaan HUT RI 17 Agustus 1964. 

TAVIP sendiri adalah singkatan dari Tahun Vivere Pericoloso.

Tahun Vivere Pericoloso pada intinya adalah tahun di mana revolusi Indonesia yang semestinya berjalan ke arah lebih baik, terhambat oleh ranjau-ranjau subversif yang ingin menggagalkannya.

Ranjau-ranjau subversif tersebut adalah gerakan kontra revolusi , gerakan kolonialis baru yang diboncengi para imperialis modern, dan gerakan mendua yakni mereka bersuara lantang mendukung revolusi, namun di sisi lain jauh di lubuk hati mereka memiliki agenda tersendiri.

Lalu apa itu Vivere Pericoloso ?.

Berasal dari bahasa Italia frasa Vivere yang artinya hidup dan frasa Pericoloso yang artinya bahaya.

Hidup penuh bahaya .Menyerempet bahaya.

Vivere Pericoloso terilhami dari Benito Mussolini seorang politisi dari Partai Fasis Nasional yang merupakan Perdana Menteri Italia ke-27.

Mussolini bilang apabila ingin menjadi bangsa yang besar maka harus ke medan perang.

Itulah Vivere Pericoloso. Cari bahaya sendiri.

Inilah yang menginspirasi Bung Karno. Untuk menjadi Bangsa yang besar harus berani ambil resiko.

Bagaimana dengan Pak Jokowi?

Bagaimana dengan anda semua

Berani Vivere Pericoloso juga?. 

Wah. Ini materi maha berat . Ini persoalan besar.

Pundak saya sepertinya dinaiki oleh 250 juta lebih penduduk Indonesia. 

Saya yang harus memikul semuanya.

Pater mengajakku ke ruang kantor pribadinya yang tidak semua orang boleh masuk. Beruntung saya.

Bersama Pater Henri Daros, SVD

Diruangan Kantor Pribadinya.

Dahulu ruang tersebut Bung Karno menghabiskan masa membaca aneka judul buku dan berdiskusi dengan tokoh misionaris SVD terutama Pater Geradus Huijtink, SVD dan Pater Dr. Johannes Bouma, SVD.


Kursi yang sering diduduki Bung Karno

Di ruangan tersebut ada kursi yang biasa diduduki Bung Karno membaca buku dan berdiskusi.

Dan saya lagi-lagi beruntung karena diijinkan untuk menduduki kursi tersebut.

Pater Henri Daros, SVD mengeluarkan air mineral dan saya meminumnya sampai puas. Lega.


Tiba-tiba mata saya tertuju pada sebuah boneka kecil yang ada diantara rak-rak buku.

Okiagari-Koboshi.


Okiagari-Koboshi.

Pater menyebut boneka kecil tersebut. Langsung dibawah dari Jepang.

Ya. Pater Henri Daros, SVD selama 17 tahun menjadi Dosen di Nanzan University Nagoya Jepang.

Okiagari-koboshi atau Okiagari-kobōshi ( 起 き 上 が り 小 法師 , anak kecil yang bangun ) adalah    boneka tradisional jepang.

Mainan ini terbuat dari papier-mâché dan merupakan mainan roly-poly , dirancang sedemikian rupa sehingga bobotnya menyebabkannya kembali ke posisi tegak jika terjatuh.  

Okiagari-kobōshi dianggap sebagai jimat keberuntungan dan simbol ketekunan dan ketahanan. Tahan banting.

Benar saja.

Saat saya melempar ke lantai, berputar-putar tidak tentu arah jungkir balik dan kemudian tegak kembali seperti sedia kala.

Dan ini merupakan karakter yang ditanamkan kepada anak-anak Jepang sejak dini.

Ini sebuah filosofi besar. 

Betapapun kita dihantam dan dijungkalkan dari berbagai arah. Direndahkan. Diremehkan.

Kita harus segera bangkit. Harus kuat.

Terima Kasih.

Hari ini saya telah diajari sebagai Vivere Pericolosso tapi harus tahan banting seperti Okiagari-kobōshi ( 起 き 上 が り 小 法師 .)

#Tavip#

#OkiagariKoboshi#

#SerambiSoekarnoEnde#

#BungKarno#

#BungKarnodiEnde#




Komentar

Posting Komentar

Postingan populer dari blog ini

MOTIF TENUN IKAT ENDE - LIO YANG SUDAH MEMILIKI HAKI

Komunitas Anak Cinta Lingkungan ( ACIL) Ende

Revitalisasi Kawasan Taman Rendo