AKU INGIN MENDENGAR DONGENG EMMA LAGI...

Persawahan Mbay  Kanan Delapan Puluhan.


Kaki-kaki kecil kokoh berlari menelusuri pematang-pematang sawah.
Licin.
Mungkin sudah berapa kali terjatuh terhempas kemudian bangkit dan berlari lagi.
Menyambut Emma yang baru saja pulang dari Pasar Desa meninggalkan kami untuk berapa jam lamanya.
Emma itu panggilan kesayangan kami semua untuk ibu kami.
Meninggalkan kami tidaklah terlalu lama, hanya beberapa jam saja.
Tapi terasa ditinggalkan dalam waktu yang berbulan-bulan.
Kami merindukan Emma walau hanya sekejap ditinggalkan.


Hore.
Banyak oleh-oleh dari Pasar Desa untuk kami.
Kami tidak saling berebutan. Berebutan itu tidak baik. Itu ajaran etika yang sangat baik.
Kami ada 7 (Tujuh) Orang.Yang Laki-laki ada 4(Empat) orang, yang Perempuan ada 3(Tiga) orang.
Sebenarnya kami ada 8(Delapan) orang. Yang seorang  anak laki-laki telah mendahului kami.
Dia ditempat terbaik disisi-Nya.

Duduk melingkar secara tertib. Bersila.Menunggu giliran di bagi oleh-oleh oleh Emma,
Emma dengan teliti dan sabar membagikan secara adil bagian kami masng-masing yang diakhiri dengan sapuan ke kepala tanda kasih sayang.Hangat


Emma Pandai berdongeng.

Senja itu.
Hujan baru saja reda.
Aku dan saudara-saudaraku bermain riang dengan anak-anak sekampung lainnya diluaran.
Bermain bebas. Apa saja. Permainan ala anak-anak kampung seperti biasa.
Embun sebenarnya belum juga sempat menyentuh permukaan Bumi seutuhnya,
Ketika Emma memangil-manggil nama kami satu-persatu.
Hari sudah gelap.
Ayam dan binatang ternak lainnya juga sudah kembali ke tempat peristirahatan malamnya.
Hari malam mulai meninggi.
Setelah makan malam dan bercanda-bercanda seadanya.
Kami mulai lelah.
Di Pondok itu. Didalam kelambu yang mulai usang. bantal-bantal yang keras.beralaskan tikar pandan yang sudah mulai koyak kiri-kanan.
Aku dan saudara-saudaraku yang masih kecil-kecil itu dibaringkan dengan kasih sayang oleh Emma.
Hanya kami dan Emma.
Baba sedang ke Kota sudah dua hari  menjual ayam peliharaan. Baba itu panggilan untuk ayah kami.

Cahaya lampu minyak tanah yang mulai nampak redup. 
Suara jangkrik tiba-tiba berirama teratur dan merdu sekali malam itu.
Dibawah pondok rumah yang berkolong itu ada suara-suara.
Rupanya ada Binatang Rusa.
Tak apa. Rusa memang bersahabat dengan kami.
Kami semua mulai nampak tak mampu lagi menahan kantuk.
Tapi.
Emma tak menunjukan kelelahannya. Masih Kuat.
Kami semuapun bersabar. Menahan kantuk.
Kami tahu akan ada dongeng.
Dongeng apa lagi yang akan disajikan Emma malam ini.Penasaran.
Ya.

Konde.
Emma mulai mendongeng.
Seperti yang diceritakan Emma, Konde itu adalah makhluk seperti manusia kebanyakan ini.
Tapi tidak memiliki kaki tangan. Tidak memiliki badan pun.
Hanya kepala. Ngeri.
Jadi lanjut lagi menurut Emma.
Konde akan menggelindingkan kepalanya dari pondok satu ke pondok yang lainnya ,
Mencari anak-anak yang malam itu ketiduran tanpa makan malam terdahulu untuk dijadikan santapan malamnya.Takut.

Kami berusaha menahan kantuk dan terus bersabar mendengarkan Dongeng Emma setiap malamnya.
Dua bahkan Tiga Judul Dongeng.Ada-ada saja.
Bahkan ada dongeng yang diulang-ulang.tapi kami tetap senang mendengar.
Dan penasaran menantikan episode-episode dongeng berikutnya.

Emma dan Baba Sendiri di Pondok itu.

Sekarang.
Aku dan saudara-saudaraku.Sudah hidup bahagia dengan keluarga masing-masing.
Di Pondok itu dulu.
Sekarang tinggal Emma dan Baba yang disana.
Terus menanti kami yang sesekali mengunjungi.

Baba sudah tua.tidak kuat lagi mengerjakan sawah.
Emma juga sudah tua.Emma juga sudah tidak kuat mengerjakan sawah.

Tapi kami yakin
Baba masih kuat memundak tanggung jawab agar kami semua bahagia dunia akhirat.
Tapi aku yakin.
Emma masih kuat memangku kusut masai Jiwa ini.

Aku Ingin Mendengar Dongeng Emma Lagi...
Selamat Hari Ibu.
Allah memeilhara kita semua.


Komentar

Posting Komentar

Postingan populer dari blog ini

MOTIF TENUN IKAT ENDE - LIO YANG SUDAH MEMILIKI HAKI

EKSOTISNYA PANTAI ENABARA ENDE, EKSOTISMENYA WISATA NTT

Serunya Membuat Pot Bunga dari Botol Kaca Bekas